Pelayanan gizi di rumah
sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi
pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak
diperhatikan keadaan gizinya.Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik,
seperti lingkaran setan.Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang
terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit degeneratif, seperti
diabetes mellitus, penyakit jantung koroner dan darah tinggi, penyakit kanker,
memerlukan terapi gizi medis untuk membantu penyembuhan .
Pelayanan gizi rumah
sakit, khususnya pelayanan gizi di ruang rawat inap mempunyai tujuan kegiatan
antara lain manyajikan makanan kepada pasien bertujuan untuk penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit berarti memisahkan
diri dari kebiasaan hidupnya sehari-hari terutama dalam hal makanan, bukan saja
macam makanan yang disajikan tetapi juga cara makanan dihidangkan, tempat
makan, waktu makan, besar porsi dan jenis makanan yang disajikan. Pemberian
makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan oleh pasien, merupakan
salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawatinap .
Salah satu yang
mempengaruhi lamanya hari perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, dimana
penyembuhan pasien yang dirawat berkaitan dengan status gizi yang didapat dari
makanan selama hari perawatan .
Keberhasilan suatu
penyelengaraan makanan antara lain dikaitkan dengan adanya sisa makanan, karena
adanya sisa makanan menunjukan kegagalan suatu penyelengaraan makanan dirumah
sakit, sehingga kegiatan pencatatan sisa makanan merupakan indikator yang
sederahana yang dapat dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi
rumah sakit4 .
Sisa makanan pasien di Rumah Sakit meuraxa
banda aceh menunjukan terdapat 45% sisa makanan pokok dan sayur 40% sedangkan
dari bentuk makanan yang paling banyak bersisa adalah pasien yang mendapat
makanan lunak 61,8 % dan 25% sisa makanan biasa5 .
Hipertensi merupakan
salah satu penyakit pembuluh darah yang mempunyai prevalensi terbesar diseluruh
dunia.
Angka hipertensi di Indonesia rata-rata
meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, satu di
antara lima orang dewasa menderita hipertensi.Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang
berusia 20-50 tahun adalah penderita hipertensi .
Hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) menunjukkan hipertensi pada umur 20-50 tahun dipengaruhi oleh
faktor psikologis, perilaku tidak sehat (merokok, obesitas), stres dan rendahnya
status pekerjaan dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat .
Berdasarkan data RSUD meuraxa
jumlah pasien hipertensi pada bulan Januari 2012 sebanyak 40 pasien.Berdasarkan
data buku makan pasien RSUD meuraxa banda aceh, diet rendah garam merupakan jenis
diet terbanyak dalam pemesanan.Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun
2011 adalah sebanyak 2948 porsi makan yang disediakan pada satu kali makan
siang saja. Pemesanan bulan Januari 2012 adalah 297 porsi9 .
Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ahli gizi di RSUD meuraxa banda
aceh diketahui bahwa belum pernah dilakukan evaluasi sisa makanan pada pasien
hipertensi.Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti mengenai sisa
makanan menurut krakteristik pasien hipertensi di RSUD meuraxa banda aceh.
6) Selera Makan
Pada penelitian ini
seharusnya ada 4 parameter untuk selera makan yaitu sangat berselera,
berselera, kurang berselera dan tidak berselera tetapi pada saat pengambilan
data dan perekapan data hanya bersisa 2 parameter yaitu berselera dan kurang
berselera dikarenakan semua responden penelitian hanya memilih 2 dari 4
parameter yang ada pada semua jenis makanan. Berdasarkan hasil penelitian,
sebagian besar responden (62,5%) menunjukkan berselera terhadap makanan yang
disajikan dan responden yang tidak berselera sebanyak 12 pasien (37,5%). Hal
ini disebabkan karena penyajian makanan dari rumah sakit sudah menarik.Masalah
penyajian makanan kepada pasien sakit lebih kompleks dibandingkan dengan
penyajian makanan untuk pasien sehat.Hal ini disebabkan terutama nafsu atau
selera makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang
dideritanya, aktifitas yang menurun dan reaksi obatobatan. Disamping itu pasien
yang dirawat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda
seperti adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, pendidikan, pekerjaan, tingkat
sosial ekonomi16 .
7) Bentuk Makanan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 31 responden (96,9%) mendapat
makanan bentuk lunak hal ini disebabkan karena kondisi penyakit pasien dan
status komplikasi penyakit pasien sehingga pasien mendapat makanan dengan
bentuk lunak. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi (biasa,
lunak, saring, cair, dll) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi
yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan 17 .
b. Sisa Makanan
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa sisa lauk nabati, sisa makanan pokok dan
sisa sayuran memiliki jumlah yang lebih banyak diantara sisa jenis makanan
lainnya (lauk hewani dan buah). Lauk nabati menyisakan rata-rata 50 %, makanan
pokok sebesar 46,9 %, dan sayur sebesar 46,9 %. Hal ini dapat disebabkan karena
sisa lauk nabati yang banyak dipengaruhi oleh kesukaan terhadap salah satu jenis
lauk nabati (tahu atau tempe) saja, beberapa pasien mengatakan bahwa porsi
makanan pokok terlalu besar sehingga tidak dihabiskan, sedangkan sisa sayur
responden disebabkan oleh bumbunya yang kurang terasa, tekstur sayuran ada yang
masih kurang empuk. Selain itu, beberapa responden mengatakan bahwa warna dan
bentuk potongan sayur kurang menarik serta beberapa responden juga tidak
menyukai beberapa jenis sayuran sehingga tidak dimakan.Pada hasil penelitian
ini sisa lauk hewani dan buah masuk dalam kategori ≤ 25 % (sedikit) karena
kebanyakan pasien menyukai lauk hewani dan buah dan pengolahan cukup
bervariasi.Lauk hewani bersisa sedikit karena nilai ekonomis lauk hewani lebih
tinggi dibandingkan dengan hidangan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati (2002) juga memberikan hasil yang sama yaitu lauk hewani menyisakan
jumlah yang paling sedikit18. Buah bersisa sedikit dikarenakan adanya kebiasaan
di masyarakat bahwa buah dianggap sebagai pencuci mulut dan buah biasanya
disajikan bervariasi.Selain itu, responden juga jarang mengonsumsi buah dalam
menu kesehariannya dirumah, dan untuk buah pisang biasanya digunakan sebagai
media untuk minum obat karena memudahkan pasien dalam menelan obat sekaligus
buah sehingga buah yang disajikan biasanya habis dikonsumsi.Berdasarkan
wawancara dengan subyek yang diteliti diketahui bahwa adanya sisa makanan
dikarenakan responden tidak suka dengan makanan yang disajikan dan kurangnya
selera makan pasien.Karena itu pasien terkadang mengkonsumsi makanan dari
rumah. Adanya konsumsi makanan yang berasal dari luar rumah sakit merupakan
salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa makanan pasien19 .Hal
ini dikarenakan jarak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dekat dengan
waktu makan makanan dari rumah sakit sehingga menyebabkan pasien merasa kenyang
sehingga tidak dapat menghabiskan makanan dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2005.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Edisi Revisi. Jakarta : Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat.
2. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Cetakan ketiga.Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
3. Hayes, P. C.; A. E. S Gumson; W Davis. 2003. Segi Praktis
Gastroenterogi & Hepatologi.Jakarta : Binarupa.
4. Depkes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah
Sakit. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar.
5. Khairunnas. 2001. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien Yang Rawat Inap Di RS Dr Achman Mochtar
Bukit Tinggi. Tesis.Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.
6. Tambunan, Victor. 2007. Gizi dan Faktor Resiko Hipertensi.
Jurnal.Ebbers Papyrus Vol 13 no 1&2 MaretJuni 2007.
7. Beevers, D. 2002.
Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah, Jakarta : Dian Rakyat.
8. RISKESDAS. 2007.
Riset Kesehatan Dasar Daerah Propinsi DIY.Yogyakarta.
9. Buku Rekapan Pemesanan Makan Pasien
10. Machfoedz. 2005.
Metode Penelitian Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Andi
11. Junaidi, Iskandar. (2001). Hipertensi, Jakarta : PT.
Buana Ilmu Popular.
12. Nida, Khairun. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
Skripsi.Program Studi Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo
Banjarbaru.
13. Azizah, Umi. 2005. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal
Pasien Dengan Sisa Makanan (Studi Pada Pasien Rawat Inap Non Diit BRSUD
Bannjarnegara).Skripsi.Program Sarjana UGM Yogyakarta.
14. Sutanto. 2010. Cekal Cegah & Tangkal Penyakit Modern
Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol Dan Diabetes. Yogyakarta : Penerbit
ANDI Yogyakarta.
15. Dewi, Sofia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi,
Jogjakarta : A Plus Book.
16. Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan institusi
Dan Jasa Boga.Jakarta : Bharata.
17. Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru.Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
18. Setyowati. 2002. Kontribusi makanan luar rumah sakit
terhadap asupan zat gizi pasien rawat inap serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya di RS Sardjito Yogyakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM.
Yogyakarta.
19. Komalawati, D
(2005) Pengaruh lama rawat inap terhadap sisa makanana pasien anak di RSU Dr
Soeradji Tirtonegoro Klaten. KTI. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
FK UGM.
20. Moehyi, Sjahmien. 1999. Pengaruh Makanan dan Diet Untuk
Penyembuhan Penyakit.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
21. Putri, Vemi
Hendriassari. 2012. Faktor-faktor Internal Pasien Yang Berhubungan Dengan Sisa
Makanan Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan
.Skripsi.Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah
Surakarta.
22. Ariefuddin, Mohammad Agus. 2007. Analisis Sisa Makanan
lunak Rumah Sakit pada penyelenggaraan makanan dengan system outsourcing di
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.Tesis.Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.
23. Mukrie N., Ginting, A. B., Ngadiarti, I,. 1990. Manajemen
Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga
Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar