Selasa, 12 April 2016

PGRS



Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya.Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik, seperti lingkaran setan.Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis untuk membantu penyembuhan .
Pelayanan gizi rumah sakit, khususnya pelayanan gizi di ruang rawat inap mempunyai tujuan kegiatan antara lain manyajikan makanan kepada pasien bertujuan untuk penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit berarti memisahkan diri dari kebiasaan hidupnya sehari-hari terutama dalam hal makanan, bukan saja macam makanan yang disajikan tetapi juga cara makanan dihidangkan, tempat makan, waktu makan, besar porsi dan jenis makanan yang disajikan. Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan oleh pasien, merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawatinap .
Salah satu yang mempengaruhi lamanya hari perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, dimana penyembuhan pasien yang dirawat berkaitan dengan status gizi yang didapat dari makanan selama hari perawatan .
Keberhasilan suatu penyelengaraan makanan antara lain dikaitkan dengan adanya sisa makanan, karena adanya sisa makanan menunjukan kegagalan suatu penyelengaraan makanan dirumah sakit, sehingga kegiatan pencatatan sisa makanan merupakan indikator yang sederahana yang dapat dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit4 .
 Sisa makanan pasien di Rumah Sakit meuraxa banda aceh menunjukan terdapat 45% sisa makanan pokok dan sayur 40% sedangkan dari bentuk makanan yang paling banyak bersisa adalah pasien yang mendapat makanan lunak 61,8 % dan 25% sisa makanan biasa5 .
Hipertensi merupakan salah satu penyakit pembuluh darah yang mempunyai prevalensi terbesar diseluruh dunia.
 Angka hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, satu di antara lima orang dewasa menderita hipertensi.Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia 20-50 tahun adalah penderita hipertensi .
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan hipertensi pada umur 20-50 tahun dipengaruhi oleh faktor psikologis, perilaku tidak sehat (merokok, obesitas), stres dan rendahnya status pekerjaan dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat .
Berdasarkan data RSUD meuraxa jumlah pasien hipertensi pada bulan Januari 2012 sebanyak 40 pasien.Berdasarkan data buku makan pasien RSUD meuraxa banda aceh, diet rendah garam merupakan jenis diet terbanyak dalam pemesanan.Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun 2011 adalah sebanyak 2948 porsi makan yang disediakan pada satu kali makan siang saja. Pemesanan bulan Januari 2012 adalah 297 porsi9 .
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ahli gizi di RSUD meuraxa banda aceh diketahui bahwa belum pernah dilakukan evaluasi sisa makanan pada pasien hipertensi.Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti mengenai sisa makanan menurut krakteristik pasien hipertensi di RSUD meuraxa banda aceh.
6) Selera Makan
Pada penelitian ini seharusnya ada 4 parameter untuk selera makan yaitu sangat berselera, berselera, kurang berselera dan tidak berselera tetapi pada saat pengambilan data dan perekapan data hanya bersisa 2 parameter yaitu berselera dan kurang berselera dikarenakan semua responden penelitian hanya memilih 2 dari 4 parameter yang ada pada semua jenis makanan. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden (62,5%) menunjukkan berselera terhadap makanan yang disajikan dan responden yang tidak berselera sebanyak 12 pasien (37,5%). Hal ini disebabkan karena penyajian makanan dari rumah sakit sudah menarik.Masalah penyajian makanan kepada pasien sakit lebih kompleks dibandingkan dengan penyajian makanan untuk pasien sehat.Hal ini disebabkan terutama nafsu atau selera makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang dideritanya, aktifitas yang menurun dan reaksi obatobatan. Disamping itu pasien yang dirawat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda seperti adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, pendidikan, pekerjaan, tingkat sosial ekonomi16 .
7) Bentuk Makanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 31 responden (96,9%) mendapat makanan bentuk lunak hal ini disebabkan karena kondisi penyakit pasien dan status komplikasi penyakit pasien sehingga pasien mendapat makanan dengan bentuk lunak. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi (biasa, lunak, saring, cair, dll) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan 17 .
b. Sisa Makanan Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa sisa lauk nabati, sisa makanan pokok dan sisa sayuran memiliki jumlah yang lebih banyak diantara sisa jenis makanan lainnya (lauk hewani dan buah). Lauk nabati menyisakan rata-rata 50 %, makanan pokok sebesar 46,9 %, dan sayur sebesar 46,9 %. Hal ini dapat disebabkan karena sisa lauk nabati yang banyak dipengaruhi oleh kesukaan terhadap salah satu jenis lauk nabati (tahu atau tempe) saja, beberapa pasien mengatakan bahwa porsi makanan pokok terlalu besar sehingga tidak dihabiskan, sedangkan sisa sayur responden disebabkan oleh bumbunya yang kurang terasa, tekstur sayuran ada yang masih kurang empuk. Selain itu, beberapa responden mengatakan bahwa warna dan bentuk potongan sayur kurang menarik serta beberapa responden juga tidak menyukai beberapa jenis sayuran sehingga tidak dimakan.Pada hasil penelitian ini sisa lauk hewani dan buah masuk dalam kategori ≤ 25 % (sedikit) karena kebanyakan pasien menyukai lauk hewani dan buah dan pengolahan cukup bervariasi.Lauk hewani bersisa sedikit karena nilai ekonomis lauk hewani lebih tinggi dibandingkan dengan hidangan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2002) juga memberikan hasil yang sama yaitu lauk hewani menyisakan jumlah yang paling sedikit18. Buah bersisa sedikit dikarenakan adanya kebiasaan di masyarakat bahwa buah dianggap sebagai pencuci mulut dan buah biasanya disajikan bervariasi.Selain itu, responden juga jarang mengonsumsi buah dalam menu kesehariannya dirumah, dan untuk buah pisang biasanya digunakan sebagai media untuk minum obat karena memudahkan pasien dalam menelan obat sekaligus buah sehingga buah yang disajikan biasanya habis dikonsumsi.Berdasarkan wawancara dengan subyek yang diteliti diketahui bahwa adanya sisa makanan dikarenakan responden tidak suka dengan makanan yang disajikan dan kurangnya selera makan pasien.Karena itu pasien terkadang mengkonsumsi makanan dari rumah. Adanya konsumsi makanan yang berasal dari luar rumah sakit merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa makanan pasien19 .Hal ini dikarenakan jarak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dekat dengan waktu makan makanan dari rumah sakit sehingga menyebabkan pasien merasa kenyang sehingga tidak dapat menghabiskan makanan dari rumah sakit.










DAFTAR PUSTAKA
 1. Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Edisi Revisi. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
2. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Cetakan ketiga.Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
3. Hayes, P. C.; A. E. S Gumson; W Davis. 2003. Segi Praktis Gastroenterogi & Hepatologi.Jakarta : Binarupa.
4. Depkes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar.
5. Khairunnas. 2001. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien Yang Rawat Inap Di RS Dr Achman Mochtar Bukit Tinggi. Tesis.Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.
6. Tambunan, Victor. 2007. Gizi dan Faktor Resiko Hipertensi. Jurnal.Ebbers Papyrus Vol 13 no 1&2 MaretJuni 2007.
 7. Beevers, D. 2002. Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah, Jakarta : Dian Rakyat.
 8. RISKESDAS. 2007. Riset Kesehatan Dasar Daerah Propinsi DIY.Yogyakarta.
9. Buku Rekapan Pemesanan Makan Pasien
 10. Machfoedz. 2005. Metode Penelitian Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Andi
11. Junaidi, Iskandar. (2001). Hipertensi, Jakarta : PT. Buana Ilmu Popular.
12. Nida, Khairun. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Skripsi.Program Studi Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru.
13. Azizah, Umi. 2005. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Pasien Dengan Sisa Makanan (Studi Pada Pasien Rawat Inap Non Diit BRSUD Bannjarnegara).Skripsi.Program Sarjana UGM Yogyakarta.
14. Sutanto. 2010. Cekal Cegah & Tangkal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol Dan Diabetes. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta.
15. Dewi, Sofia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi, Jogjakarta : A Plus Book.
16. Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan institusi Dan Jasa Boga.Jakarta : Bharata.
17. Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
18. Setyowati. 2002. Kontribusi makanan luar rumah sakit terhadap asupan zat gizi pasien rawat inap serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di RS Sardjito Yogyakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
 19. Komalawati, D (2005) Pengaruh lama rawat inap terhadap sisa makanana pasien anak di RSU Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. KTI. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Yogyakarta: FK UGM.
20. Moehyi, Sjahmien. 1999. Pengaruh Makanan dan Diet Untuk Penyembuhan Penyakit.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
 21. Putri, Vemi Hendriassari. 2012. Faktor-faktor Internal Pasien Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan .Skripsi.Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.
22. Ariefuddin, Mohammad Agus. 2007. Analisis Sisa Makanan lunak Rumah Sakit pada penyelenggaraan makanan dengan system outsourcing di RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.Tesis.Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.
23. Mukrie N., Ginting, A. B., Ngadiarti, I,. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes RI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar