wismanpermana.blog.com/7-prinsip-haccp-hazard-ana..
ayulestaripublichealth.blogspot.com/.../makalah-haccp...
Sistem Analisa Bahaya Dan Pengendalian Titik Kritis (Haccp) Serta Pedoman Penerapannya
Analisis bahaya dan pengendalian titik kritis.
Menurut WHO, Analisis Bahaya dan Pengendalian
Titik Kritis (Hazard Analysis and Critical Control Points, HACCP)
didefinisikan sebagai suatu pendekatan ilmiah, rasional, dan sistematik untuk
mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan bahaya. Pada awalnya, prinsip
HACCP dibuat untuk keamanan bahaya pangan, namun sistem ini akhirnya dapat
diaplikasikan lebih luas dan mencakup industri lainnya. Aplikasi HACCP, terutama yang diperuntukkan bagi
pangan, dilaksanakan berdasarkan beberapa pedoman, yaitu prinsip umum kebersihan
pangan Codex, Codex yang sesuai dengan kode praktik, dan
undang-undang keamanan pangan yang sesuai.
MANFAAT
DARI HACCP.
Terdapat beberapa manfaat yang dapat dipetik dari perusahaan
ataupun instansiapabila menerapkan HACCP di
lingkungannya sebagai alat pengatur keamanan makanan,antara lain HACCP
adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan padasemua aspek
dari pengamanan makanan, termasuk bahaya secara biologis, kimia
HACCP adalah suatu piranti untuk menilai
bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan
daripada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir. Setiap sistem
HACCP mengakomodasi perubahan seperti kemajuan dalam rancangan peralatan,
prosedur pengolahan atau perkembangan teknologi. HACCP dapat diterapkan pada
seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan
penerapannya harus dipedomani dengan bukti secara ilmiah terhadap resiko
kesehatan manusia. Selain meningkatkan keamanan pangan, penerapan HACCP dapat
memberikan ketentuan lain yang penting. Selanjutnya, penerapan sistem HACCP
dapat membantu inspeksi oleh lembaga yang terpenting.
Prinsip Sistem
HACCP.
7 PRINSIP HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).
HACCP yaitu Hazard Analysis Critical Cntrol Point atau (PMMT) Penerapan
Manajemen Mutu Terpadu, HACCP itu penerapan standar mutu pada setiap perusahaan
makanan. HACCP meliputi (GMP) Good manufacturing Practice dan (SSOP) Standar
Sanitation Operating Prosedure. Tujuh prinsip HACCP mencakup; analisa bahaya,
identifikasi titik kendali kritis, penentuan batas kritis, monitoring titik
kendali kritis, penetapan tindakan koreksi apabila batas kritis terlampaui,
penetapan prosedur verifikasi, dan pencatatan/dokumentasi. (Mortimor dan Carol,
2004).
Tujuan.
Tujuan dari penerapan
HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya
sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan
konsumen. HACCP bersifat sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku
dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan.
Oleh karena itu dengan diterapkannya sistem HACCP akan mencegah resiko komplain
karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu, HACCP juga dapat
berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki daya
saing kompetitif. Pada beberapa negara penerapan HACCP ini bersifat sukarela
dan banyak industri pangan yang telah menerapkannya. Disamping karena meningkatnya
kesadaran masyarakat baik produsen dan konsumen dalam negeri akan keamanan
pangan, penerapan HACCP di industri pangan banyak dipicu oleh permintaan
konsumen terutama dari negara pengimpor. Penerapan HACCP dalam industri pangan
memerlukan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen perusahaan yang
bersangkutan. Disamping itu, agar penerapan HACCP ini sukses maka perusahaan
perlu memenuhi prasyarat dasar industri pangan yaitu, telah diterapkannya
·
Good Manufacturing Practices
·
(GMP) dan
·
Standard Sanitation Operational Procedure (SSOP).
Sistem
HACCP Terdiri Dari Tujuh Prinsip, Yaitu:
1.
Melakukan analisis bahaya.
segala
macam aspek pada mata rantai produksi pangan yang dapat menyebabkan masalah
keamanan pangan harus dianalisa. Bahaya yang dapat ditimbulkan adalah
keberadaan pencemar (kontaminan) biologis, kimiawi, atau fisik bahan pangan.
Selain itu, bahaya lain mencakup pertumbuhan mikrroganisme atau perubahan
kimiawi yang tidak dikehendaki selama proses produksi, dan terjadinya
kontaminasi silang pada produk antara, produk jadi, atau lingkungan produksi.
2.
Menentukan Titik Pengendalian
Kritis (Critical Control Point, CCP)
suatu
titik, tahap, atau prosedur dimana bahaya yang berhubungan dengan
pangan dapat dicegah, dieliminasi, atau dikurangi hingga ke titik yang dapat
diterima (diperbolehkan atau titik aman). Terdapat dua titik pengendalian
kritis yaitu Titik Pengendalian Kritis 1 sebagai titik dimana bahaya dapat
dihilangkan, dan Titik Pengendalian Kritis 2 dimana bahaya dapat dikurangi.
3.
Menentukan batas kritis
kriteria
yang memisahkan sesuatu yang bisa diterima dengan yang tidak bisa diterima.
Pada setiap titik pengendalian kritis, harus dibuat batas kritis dan kemudian
dilakukan validasi. Kriteria yang umum digunakan dalam menentukan batas kritis
HACCP pangan adalah suhu, pH, waktu, tingkat kelembaban, Aw, ketersediaan klorin,
dan parameter fisik seperti tampilan visual dan tekstur.
4.
Membuat suatu sistem pemantauan (monitoring)
CCP.
suatu
sistem pemantauan (observasi) urutan, operasi, dan pengukuran selama terjadi
aliran makanan. Hal ini termasuk sistem pelacakan operasi dan penentuan kontrol
mana yang mengalami perubahan ketika terjadi penyimpangan. Biasanya, pemantauan
harus menggunakan catatan tertulis.
5.
Melakukan tindakan korektif apabila
pemantauan mengindikasikan adanya CCP yang tidak berada di bawah kontrol.
Tindakan
korektif spesifik yang diberlakukan pada setiap CCP dalam sistem HACCP untuk
menangani penyimpangan yang terjadi. Tindakan korektif tersebut harus mampu
mengendalikan membawa CCP kembali dibawah kendali dan hal ini termasuk
pembuangan produk yang mengalami penyimpangan secara tepat.
6.
Menetapkan prosedur verifikasi
untuk mengkonfirmasi bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif.
Prosedur
verifikasi yang dilakukan dapat mencakup peninjauan terhadap sistem HACCP dan
catatannya, peninjauan terhadap penyimpangan dan pengaturan produk, konfirmasi
CCP yang berada dalam pengendalian, serta melakukan pemeriksaan (audit) metode,
prosedur, dan uji. Setelah itu, prosedur verifikasi dilanjutkan dengan
pengambilan sampel secara acak dan menganalisanya. Prosedur verifikasi diakhiri
dengan validasi sistem untuk memastikan sistem sudah memenuhi semua persyaratan
Codex dan memperbaharui sistem apabila terdapat perubahan di tahap proses atau
bahan yang digunakan dalam proses produksi.
7.
Melakukan dokumentasi terhadap
seluruh prosedur dan catatan yang berhubungan dengan prinsip dan aplikasinya.
Beberapa
contoh catatan dan dokumentasi dalam sistem HACCP adalah analisis bahaya,
penetapan CCP, penetapan batas kritis, aktivitas pemantauan CCP, serta
penyimpangan dan tindakan korektif yang berhubungan.
A. Pedoman Penerapan Sistem HACCP
HACCP
dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer sampai pada
konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani dengan bukti secara ilmiah
terhadap resiko kesehatan manusia. Selain meningkatkan keamanan pangan,
penerapan HACCP dapat memberikan keuntungan lain yang penting. Selanjutnya,
penerapan sistem HACCP dapat membantu inspeksi oleh lembaga yang berwenang dan
memajukan perdagangan internasional melalui peningkatan kepercayaan keamanan
pangan.HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan dari produk primer
sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya harus dipedomani dengan buktI
secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia. Selain meningkatkan keamanan
pangan,
penerapan HACCP dapat memberikan keuntungan
lain yang penting. Selanjutnya, penerapan sistem HACCP dapat membantu inspeksi
oleh lembaga yang berwenang dan memajukan perdagangan internasional melalu
peningkatan kepercayaan keamanan pangan.Sebelum
menerapkan HACCP untuk setiap sektor rantai pangan, sektor tersebut harus telah
menerapkan Prinsip Umum Higiene Pangan dari Codex, Pedoman Praktis dari Codex
yang sesuai, serta peraturan keamanan pangan terkait, Tanggung jawab manajemen
adalah penting untuk menerapkan sistem HACCP yang efektif. Selama melaksanakan
identifikasi bahaya, penilaian dan pelaksanaan selanjutnya dalam merancang dan
menerapkan sistem HACCP, harus dipertimbangkan dampak dan bahan baku, bahan
tambahan, cara pembuatan pangan yang baik, peran proses pengolahan dalam
mengendalikan bahaya, penggunaan yang mungkin dari produk akhir, katagori
konsumen yang berkepentingan dan bukti-bukti epidemis yang berkaitan dengan
keamanan pangan.
Maksud dari sistem HACCP adalah untuk
memfokuskan pada Titik Kendali Kritis (CCPs). Perancangan kembali operasi harus
dipertimbangkan jika terdapat bahaya yang harus dikendalikan, tetapi tidak
ditemukan TKK (CCPs). HACCP harus diterapkan terpisah untuk setiap operasi
tertentu. TKK vang diidetitifikasi pada setiap contoh yang diberikan dalam
setiap Pedoman praktek Higiene dari Codex mungkin bukan satu-satunya yang
diidentifikasi untuk suatu penerapan yang spesifik atau mungkin berbeda
jenisnya. Penerapan HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat perubahan yang
diperlukan jika dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau
tahapannya.Penerapan HACCP perlu dilaksanakan secara fleksibel, dimana
perubahan yang tepat disesuaikan dengan memperhitungkan sifat dan ukuran dari
operas
B. Penerapan
Prinsip-Prinsip HACCP.
Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri dari tugas-tugas berikut
sebagaimana terlihat pada tahap-tahap penerapan HACCP :
1.Pembentukan tim HACCP.
Operasi pangan harus menjamin bahwa
pengetahuan dan keahlian spesifik produk tertentu tersedia untuk pengembangan
rencana HACCP yang efektif. Secara optimal, hal tersebut dapat dicapai dengan
pembentukan sebuah tim dari berbagai disiplin ilmu. Apabila beberapa keahlian
tidak tersedia, diperlukan konsultan dari pihak luar. Adapun lingkup dari
program HACCP harus diidentifikasi. Lingkup tersebut harus menggambarkan
segmen-segmen mana saja dari rantai pangan tersebut yang terlibat dan
penjenjangan secara umum bahaya-bahaya yang dimaksudkan (yaitu meliputi semua
jenjang bahaya atau hanya jenjang
tertentu).
tertentu).
2. Deskripsi produk
Penjelasan lengkap dari produk harus
dibuat termasuk informasi mengenai komposisi, struktur fisika/kimia (termasuk
Aw, pH, d1l.), perlakuan-perlakuan mikrosidal/statis (seperti perlakuan
pemanasan, pembekuan, penggaraman, pengasapan, dll.), pengemasan, kondisi
penyimpanan dan daya tahan serta metoda pendistribusiannya.
3. Identifikasi rencana penggunaan
Rencana penggunaan harus didasarkan pada
kegunaan-kegunaan yang diharapkan dari produk oleh pengguna produk atau
konsumen. Dalam hal-hal tertentu, kelompokkelompok populasi yang rentan,
seperti yang menerima pangan dari institusi, mungkin perlu dipertimbangkan
4. Penyusunan bagan alir
Bagan alir harus disusun oleh tim HACCP.
Dalam diagram alir harus memuat segala tahapan dalam operasional produksi. Bila
HACCP diterapkan pada suatu operasi tertentu, maka harus dipertimbangkan
tahapan sebelum dan sesudah operasi tersebut.
5. Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan
Tim HACCP, sebagai penyusun bagan alir
harus mengkonfirmasikan operasional produksi dengan semua tahapan dan jam
operasi serta bilamana perlu mengadakan perubahan bagan alir.
6. Pencatatan semua bahaya potensial yang berkaitan dengan
setiap tahapan.
Pencatatan semua bahaya potensial yang
berkaitan dengan setiap tahapan, pengadaan suatu analisa bahaya dan menyarankan
berbagai pengukuran untuk mengendalikan bahaya-bahaya yang teridentifikasi
(lihat Prinsip 1).Tim HACCP harus membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat
pada tiap tahapan dari produksi utama, pengolahan, manufaktur, dan distribusi
hingga sampai pada titik konsumen saat konsumsi. Tim HACCP harus mengadakan
analisis bahaya untuk mengidentifikasi program HACCP dimana bahaya yang
terdapat secara alami, karena sifatnya mutlak harus ditiadakan atau dikurangi
hingga batas-batas yang dapat diterima, sehingga produksi pangan tersebut
dinyatakan aman.
Dalam mengadakan analisis bahaya, apabila mungkin seyogyanya
dicakup hal-hal sebagai berikut :
a. kemungkinan timbulnya bahaya
b. pengaruh yang merugikan terhadap kesehatan
c. evaluasi secara kualitatif dan atau kuantitatif dari keberadaan bahaya
d. perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganisme-mikroorganisme tertentu
e. produksi terus menerus toksin-toksin pangan, unsur-unsur fisika
dan kima
f. kondisi-kondisi yang
memacu keadaan di atas.
Tim HACCP harus mempertimbangkan
tindakan pengendalian, jika ada yang dapat dilakukan untuk setiap bahaya. Lebih
jauh tindakan pengendalian disyaratkan untuk mengendalikan bahaya-bahaya
tertentu dan lebih, jauh satu bahaya dikendalikan oleh tindakan pengawasan yang
tertentu.
7. Penentuan TKK (CCP) (lihat Prinsip 2)
Untuk mengendalikan bahaya yang sama
mungkin terdapat lebih dari satu TKK pada saat pengendalian dilakukan. Penentuan
dari TKK pada sistem HACCP dapat dibantu dengan menggunakan Pohon keputusan
seperti pada Diagram 2, yang menyatakan pendekatan pemikiran yang logis (masuk
akal). Penerapan dari pohon keputusan harus fleksibel, tergantung apakah
operasi tersebut produksi, penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, distribusi
atau lainnya. Pohon keputusan ini mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap
TKK. Contoh-contoh pohon keputusan mungkin tidak dapat diterapkan pada setiap
situasi.Pendekatan-pendekatan lain dapat digunakan. Dianjurkan untuk mengadakan
pelatihan dalam penggunaan pohon keputusan.
Dalam banyak hal, pohon keputusan telah
dipergunakan untuk menjelaskan untuk memahami dan diterima akal untuk keperluan
menentukan CCP, hal ini tidak spesifik untuk semua operasi pangan, sebagai
contoh rumah potong hewan dan oleh karena itu harus dipergunakan untuk yang
berkaitan dengan perkiraan yang profesional serta memodifikasi beberapa kasus,
maka produk atau proses harus dimodifikasi pada tahap tersebut, atau pada tahap
sebelum atau sesudahnya untuk memasukkan suatu tindakan pengendalian.
8. Penentuan batas-batas kritis (critical limits) pada tiap
TKK (CCP) (lihat Prinsip 3)
Batas-batas limit harus ditetapkan
secara spesifik dan divalidasi apabila mungkin untuk setiap TKK. Dalam beberapa
kasus lebih dari satu batas kritis akan diuraikan pada suatu tahap khusus.
Kriteria yang sering digunakan mencakup pengukuran-pengukuran terhadap suhu,
waktu, tingkat kelembaban, pH, Aw, keberadaan chlorine, dan parameter-parameter
sensori seperti kenampakan visual dan tekstur.
Batas kritis harus ditentukan untuk
setiap PTK. Dalam beberapa kasus batas kritis criteria pengukurannya antara
lain suhu, waktu, tingkat kelernbaban, pH, Aw dan ketersediaan chlorine dan
parameter yang berhubungan dengan panca indra (penampakan dan tekstur).
9.Penyusunan sistem permantuan untuk setiap TKK (CCP) (lihat
Prinsip 4)
Pemantauan merupakan pengukuran atau
pengamatan terjadwal dari TKK yang
dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur pemantauan harus dapat menemukan kehilangan kendali pada TKK. Selanjutnya pemantauan seyogianya secara ideal member informasi yang tepat waktu untuk mengadakan penyesuaian untuk memastikan pengendalian proses untuk mencegah pelanggaran dari batas kritis. Dimana mungkin, penyesuaian proses harus dilaksanakan pada saat hasil pemantauan menunjukkan kecenderungan kearah kehilangan kendali pada suatu TKK.
dibandingkan terhadap batas kritisnya. Prosedur pemantauan harus dapat menemukan kehilangan kendali pada TKK. Selanjutnya pemantauan seyogianya secara ideal member informasi yang tepat waktu untuk mengadakan penyesuaian untuk memastikan pengendalian proses untuk mencegah pelanggaran dari batas kritis. Dimana mungkin, penyesuaian proses harus dilaksanakan pada saat hasil pemantauan menunjukkan kecenderungan kearah kehilangan kendali pada suatu TKK.
Penyesuaian seyogianya dilaksanakan
sebelum terjadi penyimpangan. Data yang diperoleh dari pemantauan harus dinilai
oleh orang yang diberi tugas, berpengetahuan dan berwewenang untuk melaksanakan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Apabila pemantauan tidak berkesinambungan,
maka jumlah atau frekuensi pemantauan harus cukup untuk menjamin agar TKK
terkendali. Sebagian besar prosedur pemantauan untuk TKK perlu dilaksanakan
secara cepat, karena berhubungan dengan proses yang berjalan dan tidak tersedia waktu lama untuk melaksanakan pengujian analitis. Pengukuran fisik dan kimia seringkali lebih disukai daripada pengujian mikrobiologi, karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan sering menunjukkan pengendalian mikrobiologi dari produk. Semua catatan dan dokumen yang terkait dengan kegiatan pemantauan TKK harus ditanda tangani oleh orang yang melakukan pengamatan dan oleh petugas yang, bertanggung jawab melakukan peninjauan kembali dalarn perusahaan tersebut
secara cepat, karena berhubungan dengan proses yang berjalan dan tidak tersedia waktu lama untuk melaksanakan pengujian analitis. Pengukuran fisik dan kimia seringkali lebih disukai daripada pengujian mikrobiologi, karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan sering menunjukkan pengendalian mikrobiologi dari produk. Semua catatan dan dokumen yang terkait dengan kegiatan pemantauan TKK harus ditanda tangani oleh orang yang melakukan pengamatan dan oleh petugas yang, bertanggung jawab melakukan peninjauan kembali dalarn perusahaan tersebut
10.Penetapan tindakan perbaikan (lihat Prinsip 5)
Tindakan perbaikan yang spesifik harus
dikembangkan untuk setiap TKK dalam system HACCP agar dapat menangani
penyimpangan yang terjadi.Tindakan-tindakan harus memastikan bahwa CCP telah
berada dibawah kendali.Tindakan-tindakan harus mencakup disposisi yang tepat
dan produk yang terpengaruh. Penyimpangan dan prosedur disposisi produk harus
didokumentasikan dalam catatan HACCP.
11.Penetapan prosedur verifikasi (lihat Prinsip 6)
Penetapan prosedur verifikasi. Metoda
audit dan verifikasi, prosedur dan pengujian, termasuk pengambilan contoh
secara acak dan analisa, dapat dipergunakan untuk menentukan apakah sistem
HACCP bekerja secara benar.Frekuensi verifikasi harus cukup untuk
mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP bekerja secara efektif. Contoh kegiatan
verifikasi mencakup :
a.
Peninjauan
kembali sistem HACCP dan catatannya.
b.
Peninjauan kembali penyimpangan dan
disposisi produk
c.
Mengkonfirmasi apakah TKK dalam kendali.
Apabila memungkinkan, kegiatan validasi harus mencakup tindakan
untuk mengkonfirmasi kemanjuran semua elemen-elemen rencana HACCP.
12. Penetapan dokumentasi dan pencatatan (Iihat Prinsip 7)
Pencatatan dan pembuktian yang efisien
serta akurat adalah penting dalam penerapan sistem HACCP. Prosedur harus
didokumentasikan. Dokumentasi dan pencatatan harus cukup memadai sesuai sifat
dan besarnya operasi.
Jaminan Keamanan Pangan dengan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point).
Sektor pertanian merupakan sektor penting yang masih harus dikembangkan serta
membutuhkan penanganan serius guna menunjang laju pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Untuk dapat bersaing di pasar yang bebas dan kompetitif saat
ini, komoditas pertanian yang dipasarkan harus benar-benar dapat menarik minat
pembeli. Hal ini perlu ditanamkan terhadap pelaku agribisnis bahwa di
dalam produk yang akan dipasarkan haruslah terdapat unsur jaminan kepastian
mutu.
Jaminan
mutu dan keamanan pangan terus berkembang sesuai dengan persyaratan konsumen,
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan terpenting dari seluruh
parameter mutu pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai gizi suatu bahan pangan
atau makanan, penampilannya baik , juga lezat rasanya, tetapi bila tidak aman,
maka makanan tersebut tidak ada nilainya lagi.Hal ini membawa dampak perubahan
mulai dari bisnis pangan tanpa adanya pengawasan,
Suatu
langkah yang tepat untuk mengantisipasi hal tersebut, serta adanya tuntutan
dalam pasar bebas, telah dikembangkan suatu sistem jaminan mutu oleh Komite
Standar Internasional/ Codex Allimentarius Commission yang telah diakui
secara internasional yaitu Sistem Jaminan Mutu berdasarkan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan suatu
sistem jaminan mutu yang menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak
bahan baku hingga produk akhir.
Pendekatan HACCP.
Ada
tiga pendekatan penting dalam pengawasan mutu pangan:
1. Food Safety atau Keamanan Pangan.
Aspek-aspek
dalam proses produksi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
atau bahkan kematian. Masalah ini umumnya dihubungkan dengan
masalah biologi, kimia dan fisika.
2. Wholesomeness atau Kebersihan.
Merupakan
karakteristik-karakteristik produk atau proses dalam kaitannya dengan
kontaminasi produk atau fasilitas sanitasi dan hygiene.
3. Economic Fraud
atau Pemalsuan
Adalah
tindakan-tindakan yang illegal atau penyelewengan yang dapat merugikan pembeli.
Tindakan ini mencakup diantaranya pemalsuan species (bahan baku), penggunaan
bahan tambahan yang berlebihan, berat tidak sesuai dengan label, overglazing
dan jumlah komponen yang kurang seperti yang tertera dalam kemasan.
D. Keuntungan Dan Kerugian HACCP.
1. Keuntungan HACCP
Penerapan HACCP sebagai alat pengatur keamanan pangan dapat memberikan
keuntungan, yaitu mencegah terjadinya bahaya sebelum mencapai konsumen, meminalkan risiko kesehatan yang
berkaitan dengan konsumsi makanan, meningkatkan kepercayaan akan keamanan
makanan olahan sehingga secara tidak langsung mempromosikan perdagangan dan
stabilitas usaha makanan.
2. Kerugian HACCP
Beberapa
kerugian dari HACCP adalah tidak cocok bila diaplikasikan untuk bahaya atau
proses yang hanya sedikit diketahui, tidak melakukan kuantifikasi
(penghitungan) atau memprioritaskan risiko, dan tidak melakukan kuantifikasi
dampak dari tambahan kontrol terhadap penurunan risiko.Pedoman Penerapan Sistem
HACCP Sebelum menerapkan HACCP untuk setiap sektor rantai pangan, sektor
tersebut harus telah menerapkan Prinsip Umum Higiene Pangan dari Codex, Pedoman
Praktis dari Codex yang sesuai, serta peraturan keamanan pangan terkait.
Tanggung jawab manajemen adalah penting untuk menerapkan sistem HACCP yang
efektif. Selama melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian dan
pelaksanaan selanjutnya dalam merancang dan menerapkan sistem HACCP, harus
dipertimbangkan dampak dari bahan baku, bahan tambahan, cara SNI
01-4852-1998 5 dari 12 pembuatan pangan yang baik, peran proses
pengolahan dalam mengendalikan bahaya, penggunaan yang mungkin dari
produk akhir, katagori konsumen yang berkepentingan dan bukti-bukti epidemis
yang berkaitan dengan keamanan pangan.
Maksud
dari sistem HACCP adalah untuk memfokuskan pada Titik Kendali Kritis (CCPs).
Perancangan kembali operasi harus dipertimbangkan jika terdapat bahaya yang
harus dikendalikan, tetapi tidak ditemukan TKK (CCPs). HACCP harus diterapkan
terpisah untuk setiap operasi tertentu. TKK yang diidentifikasi pada setiap
contoh yang diberikan dalam setiap Pedoman praktek Higiene dari Codex mungkin
bukan satu-satunya yang diidentifikasi untuk suatu penerapan yang spesifik atau
mungkin berbeda jenisnya.
Penerapan
HACCP harus ditinjau kembali dan dibuat perubahan yang diperlukan jika
dilakukan modifikasi dalam produk, proses atau tahapannya. Penerapan HACCP
perlu dilaksanakan secara fleksibel, dimana perubahan yang tepat disesuaikan
dengan memperhitungkan sifat dan ukuran dari operasi.
ISO 22000
ISO 22000 bertindak sebagai standar yang
dibentuk untuk membantu penekanan isu berkaitan dengan kesehatan pangan dengan
HACCP. Walau beberapa perusahaan, khususnya perusahaan-perusahaan besar, telah
mengimplementasikan atau dalam proses implementasi ISO 22000, adapula
perusahaan yang ragu dalam menerapkan standar ini. Alasan utama adalah
kurangnya informasi dan kekhawatiran bahwa standar baru ini menuntut pekerjaan
birokratis,
Kesimpulan
HACCP
adalah suatu pendekatan sistem dalam pengamanan makanan. Dengan pendekatan
HACCP ini, maka pengawasan keamanan makanan baik yang dikelola oleh perusahaan
makanan, jasa boga, rumah makan, restoran, maupun yang dikelola sebagai makanan
jajanan dan makanan rumah tangga, dapat lebih terjamin mutunya, karena setiap tahapan
proses pengolahan dikendalikan risikonya dan bahaya yang mungkin timbul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar