Kenali dirimu sebagai mahasiswa guys, karena mahasiswa dengan tukul alias tukang kuliah bedaa loooh..
Mahasiswa mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :
*rasional
*cerdas
*inovatif
*kreatif
*intelek
*radikal
*idealis
*kritis
*revolusioner
*militan
(itu hanya sekelumit kecil menurut pandangan saya dan buku yang saya baca)
Tipe - tipe mahasiswa sebagai berikut :
1. Tipe akademik : nah tipe yang seperti ini adalah tipe mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan akademiknya dan cenderung apatis terhadap kegiatan mahasiswa juga masyarakat (tukang kuliah)..
2. Tipe organisatoris : nah tipe yang satu ini adalah tipe mahasiswa yang hanya fokus pada kelembagaan di intern & ekstern kampus, peka terhadap kondisi sosial dan cenderung tidak berkonsentrasi pada akademik..
3. Tipe hedonis : nah kalo tipe yang ini guys, tipe mahasiswa yang selalu ikut trend & mode tapi cenderung apatis terhadap kegiatan akademik dan kemahasiswaan apalagi kondisi masyarakat (tukang kuliah)..
4. Tipe aktivist : kalo yang ini tipe aktivist mahasiswa yang memfokuskan dirinya pada kegiatan akademik kemudian mentransformasikan "kebenaran ilmiah" yang didapat untuk kemasyarakatan dan berusaha untuk meperjuangkannya..
Posisi ganda mahasiswa : sebagai kaum terpelajar / intelek sekaligus penyambung lidah rakyat atau DPR jalanan..
Peran ganda mahasiswa : sebagai pencari ilmu sekaligus agen pembaharuan atau social control..
Ayooo, kenali dirimu guys sebagai mahasiswakah ataukah tukang kuliah.. 😂😂😂
Pssst.. Dijawab dihati masing - masing yaah.. 😊😊😊
Assalamualaikum Wr.Wb Saya Mahasiswi Jurusan Gizi Poltekkes Aceh Saya disini ingin berbagi,mencari,menukarkan ilmu dan pengalaman #Semoga Bermanfaat
Minggu, 27 November 2016
Selasa, 12 April 2016
PGRS
Pelayanan gizi di rumah
sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi
pasien. Sering terjadi kondisi klien/pasien semakin buruk karena tidak
diperhatikan keadaan gizinya.Pengaruh tersebut bisa berjalan timbal balik,
seperti lingkaran setan.Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya
kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang
terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit degeneratif, seperti
diabetes mellitus, penyakit jantung koroner dan darah tinggi, penyakit kanker,
memerlukan terapi gizi medis untuk membantu penyembuhan .
Pelayanan gizi rumah
sakit, khususnya pelayanan gizi di ruang rawat inap mempunyai tujuan kegiatan
antara lain manyajikan makanan kepada pasien bertujuan untuk penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit berarti memisahkan
diri dari kebiasaan hidupnya sehari-hari terutama dalam hal makanan, bukan saja
macam makanan yang disajikan tetapi juga cara makanan dihidangkan, tempat
makan, waktu makan, besar porsi dan jenis makanan yang disajikan. Pemberian
makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan oleh pasien, merupakan
salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawatinap .
Salah satu yang
mempengaruhi lamanya hari perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, dimana
penyembuhan pasien yang dirawat berkaitan dengan status gizi yang didapat dari
makanan selama hari perawatan .
Keberhasilan suatu
penyelengaraan makanan antara lain dikaitkan dengan adanya sisa makanan, karena
adanya sisa makanan menunjukan kegagalan suatu penyelengaraan makanan dirumah
sakit, sehingga kegiatan pencatatan sisa makanan merupakan indikator yang
sederahana yang dapat dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi
rumah sakit4 .
Sisa makanan pasien di Rumah Sakit meuraxa
banda aceh menunjukan terdapat 45% sisa makanan pokok dan sayur 40% sedangkan
dari bentuk makanan yang paling banyak bersisa adalah pasien yang mendapat
makanan lunak 61,8 % dan 25% sisa makanan biasa5 .
Hipertensi merupakan
salah satu penyakit pembuluh darah yang mempunyai prevalensi terbesar diseluruh
dunia.
Angka hipertensi di Indonesia rata-rata
meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, satu di
antara lima orang dewasa menderita hipertensi.Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang
berusia 20-50 tahun adalah penderita hipertensi .
Hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) menunjukkan hipertensi pada umur 20-50 tahun dipengaruhi oleh
faktor psikologis, perilaku tidak sehat (merokok, obesitas), stres dan rendahnya
status pekerjaan dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat .
Berdasarkan data RSUD meuraxa
jumlah pasien hipertensi pada bulan Januari 2012 sebanyak 40 pasien.Berdasarkan
data buku makan pasien RSUD meuraxa banda aceh, diet rendah garam merupakan jenis
diet terbanyak dalam pemesanan.Jumlah pemesanan diet rendah garam selama tahun
2011 adalah sebanyak 2948 porsi makan yang disediakan pada satu kali makan
siang saja. Pemesanan bulan Januari 2012 adalah 297 porsi9 .
Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan ahli gizi di RSUD meuraxa banda
aceh diketahui bahwa belum pernah dilakukan evaluasi sisa makanan pada pasien
hipertensi.Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin meneliti mengenai sisa
makanan menurut krakteristik pasien hipertensi di RSUD meuraxa banda aceh.
6) Selera Makan
Pada penelitian ini
seharusnya ada 4 parameter untuk selera makan yaitu sangat berselera,
berselera, kurang berselera dan tidak berselera tetapi pada saat pengambilan
data dan perekapan data hanya bersisa 2 parameter yaitu berselera dan kurang
berselera dikarenakan semua responden penelitian hanya memilih 2 dari 4
parameter yang ada pada semua jenis makanan. Berdasarkan hasil penelitian,
sebagian besar responden (62,5%) menunjukkan berselera terhadap makanan yang
disajikan dan responden yang tidak berselera sebanyak 12 pasien (37,5%). Hal
ini disebabkan karena penyajian makanan dari rumah sakit sudah menarik.Masalah
penyajian makanan kepada pasien sakit lebih kompleks dibandingkan dengan
penyajian makanan untuk pasien sehat.Hal ini disebabkan terutama nafsu atau
selera makan dan kondisi mental pasien yang berubah akibat penyakit yang
dideritanya, aktifitas yang menurun dan reaksi obatobatan. Disamping itu pasien
yang dirawat di rumah sakit berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda
seperti adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, pendidikan, pekerjaan, tingkat
sosial ekonomi16 .
7) Bentuk Makanan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak 31 responden (96,9%) mendapat
makanan bentuk lunak hal ini disebabkan karena kondisi penyakit pasien dan
status komplikasi penyakit pasien sehingga pasien mendapat makanan dengan
bentuk lunak. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi (biasa,
lunak, saring, cair, dll) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan zat gizi
yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang digunakan 17 .
b. Sisa Makanan
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa sisa lauk nabati, sisa makanan pokok dan
sisa sayuran memiliki jumlah yang lebih banyak diantara sisa jenis makanan
lainnya (lauk hewani dan buah). Lauk nabati menyisakan rata-rata 50 %, makanan
pokok sebesar 46,9 %, dan sayur sebesar 46,9 %. Hal ini dapat disebabkan karena
sisa lauk nabati yang banyak dipengaruhi oleh kesukaan terhadap salah satu jenis
lauk nabati (tahu atau tempe) saja, beberapa pasien mengatakan bahwa porsi
makanan pokok terlalu besar sehingga tidak dihabiskan, sedangkan sisa sayur
responden disebabkan oleh bumbunya yang kurang terasa, tekstur sayuran ada yang
masih kurang empuk. Selain itu, beberapa responden mengatakan bahwa warna dan
bentuk potongan sayur kurang menarik serta beberapa responden juga tidak
menyukai beberapa jenis sayuran sehingga tidak dimakan.Pada hasil penelitian
ini sisa lauk hewani dan buah masuk dalam kategori ≤ 25 % (sedikit) karena
kebanyakan pasien menyukai lauk hewani dan buah dan pengolahan cukup
bervariasi.Lauk hewani bersisa sedikit karena nilai ekonomis lauk hewani lebih
tinggi dibandingkan dengan hidangan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati (2002) juga memberikan hasil yang sama yaitu lauk hewani menyisakan
jumlah yang paling sedikit18. Buah bersisa sedikit dikarenakan adanya kebiasaan
di masyarakat bahwa buah dianggap sebagai pencuci mulut dan buah biasanya
disajikan bervariasi.Selain itu, responden juga jarang mengonsumsi buah dalam
menu kesehariannya dirumah, dan untuk buah pisang biasanya digunakan sebagai
media untuk minum obat karena memudahkan pasien dalam menelan obat sekaligus
buah sehingga buah yang disajikan biasanya habis dikonsumsi.Berdasarkan
wawancara dengan subyek yang diteliti diketahui bahwa adanya sisa makanan
dikarenakan responden tidak suka dengan makanan yang disajikan dan kurangnya
selera makan pasien.Karena itu pasien terkadang mengkonsumsi makanan dari
rumah. Adanya konsumsi makanan yang berasal dari luar rumah sakit merupakan
salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa makanan pasien19 .Hal
ini dikarenakan jarak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit dekat dengan
waktu makan makanan dari rumah sakit sehingga menyebabkan pasien merasa kenyang
sehingga tidak dapat menghabiskan makanan dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2005.
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Edisi Revisi. Jakarta : Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat.
2. Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Cetakan ketiga.Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
3. Hayes, P. C.; A. E. S Gumson; W Davis. 2003. Segi Praktis
Gastroenterogi & Hepatologi.Jakarta : Binarupa.
4. Depkes RI. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah
Sakit. Jakarta : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar.
5. Khairunnas. 2001. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Sisa Makanan Pada Pasien Yang Rawat Inap Di RS Dr Achman Mochtar
Bukit Tinggi. Tesis.Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.
6. Tambunan, Victor. 2007. Gizi dan Faktor Resiko Hipertensi.
Jurnal.Ebbers Papyrus Vol 13 no 1&2 MaretJuni 2007.
7. Beevers, D. 2002.
Bimbingan Dokter pada Tekanan Darah, Jakarta : Dian Rakyat.
8. RISKESDAS. 2007.
Riset Kesehatan Dasar Daerah Propinsi DIY.Yogyakarta.
9. Buku Rekapan Pemesanan Makan Pasien
10. Machfoedz. 2005.
Metode Penelitian Untuk Kesehatan. Yogyakarta : Andi
11. Junaidi, Iskandar. (2001). Hipertensi, Jakarta : PT.
Buana Ilmu Popular.
12. Nida, Khairun. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
Skripsi.Program Studi Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo
Banjarbaru.
13. Azizah, Umi. 2005. Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal
Pasien Dengan Sisa Makanan (Studi Pada Pasien Rawat Inap Non Diit BRSUD
Bannjarnegara).Skripsi.Program Sarjana UGM Yogyakarta.
14. Sutanto. 2010. Cekal Cegah & Tangkal Penyakit Modern
Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol Dan Diabetes. Yogyakarta : Penerbit
ANDI Yogyakarta.
15. Dewi, Sofia. 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi,
Jogjakarta : A Plus Book.
16. Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan institusi
Dan Jasa Boga.Jakarta : Bharata.
17. Almatsier, Sunita. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru.Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
18. Setyowati. 2002. Kontribusi makanan luar rumah sakit
terhadap asupan zat gizi pasien rawat inap serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya di RS Sardjito Yogyakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UGM.
Yogyakarta.
19. Komalawati, D
(2005) Pengaruh lama rawat inap terhadap sisa makanana pasien anak di RSU Dr
Soeradji Tirtonegoro Klaten. KTI. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
FK UGM.
20. Moehyi, Sjahmien. 1999. Pengaruh Makanan dan Diet Untuk
Penyembuhan Penyakit.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
21. Putri, Vemi
Hendriassari. 2012. Faktor-faktor Internal Pasien Yang Berhubungan Dengan Sisa
Makanan Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan
.Skripsi.Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah
Surakarta.
22. Ariefuddin, Mohammad Agus. 2007. Analisis Sisa Makanan
lunak Rumah Sakit pada penyelenggaraan makanan dengan system outsourcing di
RSUD Gunung Jati Kota Cirebon.Tesis.Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.
23. Mukrie N., Ginting, A. B., Ngadiarti, I,. 1990. Manajemen
Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga
Gizi Pusat dan Akademi Gizi Depkes RI.
Rabu, 06 April 2016
HACCP Hazard Analysis Criical Points SAMBAL GORENG TAHU
HACCP
Hazard
Analysis Criical Points
I.
TIM
HACCP
1. Ka
Instalasi
Tugas : Jaminan mutu
2. Ahli
Gizi
Tugas :
a. Perencanaan
menu
b. Perencanaan
kebutuhan bahan makanan
c. Pengadaan
bahan makanan
d. Pemantauan
proses pengolahan makanan
3. Bagian
Keuangan
Tugas :
Menyususn anggaran
4. Bagian
Administrasi
Tugas :
a. Pemesanan
makanan
b. Penerimaan
bahan makanan
c. Proses
penyimpanan sebelum dan sesudah pengolahan
5. Penjamah
Makanan
Tugas :
a. Proses
persiapan
b. Proses
pengolahan
c. Proses
penyajian
6. Pramusaji
Tugas :
Proses distribusi
II.
DEFINISI
HACCP DAN CCP
Hazard Analiyze of Critical Control
Point (HACCP) adalah suatu sistem mengindentifikasi bahaya spesifik yang
mungkin timbul, dan cara pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut pada
suatu produk makanan. HACCP untuk mengevaluasi dan memperbaiki cara produksi,
memantau dan mengevaluasi penanganan, pengolahan, dan sanitasi dalam proses
produksi serta meningkatkan inpeksi mandiri. Sedangkan Titik Kendali Kritis
(TKK) atau Critical Control Point (CCP) adalah titik prosedur atau tahap operasional
yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau mengurangi kemungkinan
terjadinya bahaya pada produk ikan
goreng tepung.
III.
TARGET
HACCP
Target penerapan HACCP pada produk ikan goreng tepung yaitu:
1. Tujuan
Umum
Meningkatkan
kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau mengurangi kasus keracunan dan
penyakit melalui makanan (Food Born Disease).
2. Tujuan
Khusus
a. Mengevaluasi cara produksi makanan à bahaya .
b. Memperbaiki cara produksi makanan à critical
process.
c. Memantau & mengevaluasi penanganan, pengolahan,
serta sanitasi.
d. Meningkatkan inspeksi mandiri.
IV.
DESKRIPSI
PRODUK
1. Nama
Produk : Sambal goreng
tahu
2. Bahan : Tahu, cabe merah,
bawang merah dan gula merah
3. Konsumen : Pasien rawat inap,
kecuali pasien dengan DJ, ≠minyak, DH dan
RL
4. Cara
penyimpanan : Produk ini tidak
mengalami proses penyimpanan.
5.
Cara distribusi : Sambal goreng tahu yang sudah selesai dimasak lalu dimasukkan dalam bagian
rantang yang paling bawah
dan kadang di atas atau dalam mangkok kecil yang kemudian
akan dimasukkan dalam
plato itu untuk khusus utuk pasien kelas I , dan kemudian rantang dan palto ditutup, kemudian
didistribusikan kepada pasien
menggunakan troli yang di antarkan
oleh pramusaji.
6.
Cara konsumsi :
Ketika produk tersebut sampai kepada
pasien produk tersebut langsung
di konsumsinya
7. Cara
produksi singkat:
a.
Haluskan semua bumbu yang sudah
dipersiapakan seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah dan gula merah
b.
Tumis bumbu yang sudah dihaluskan
kedalam minyak panas.
c.
Masukan tahu yang sudah digoreng kedalam
bumbu yang sudah siap ditumis dan ratakan.
V.
INGREDIENTS
(KOMPOSISI)
1. Bahan utama:
a. Tahu
b. Minyak
2. Bumbu-bumbu:
a. Bawang
merah
b. Bawang
putih
c. Cabe
merah
d. Tomat
e. Cabe
bubuk
f. Gula
merah
g. Serai
h. Lengkuas
i. Daun
salam
j. kecap
VI.
ANALISA
BAHAYA & KATEGORI RESIKO
FORMULIR
1 : Identifikasi
Bahaya dan Cara Pencegahannya
NAMA
MAKANAN : Sambal
goreng tahu
NO
|
BAHAN MENTAH / INGRIDIEN / BAHAN MENTAH
|
BAHAYA (M/B/F/K)
|
JENIS BAHAYA
|
CARA PENCEGAHAN
|
1
|
Tahu
|
F
|
Bau
|
Sortasi dalam
proses pemilihan tahu saat akan digoreng
|
2
|
Minyak goreng
|
F
|
Keruh
|
Pemilihan
tempat penyimpanan yang tepat.
|
3
|
Bawang merah
|
F
|
Busuk
|
Sortasi pada saat penyucian
|
4
|
Bawang putih
|
F
|
Busuk
|
Soretasi pada saat penyucian
|
5
|
Cabe merah
|
F
|
Busuk
|
Sortasi pada
saat proses penyucian
|
6
|
Kecap manis
|
F
|
Bau
|
pemilihan
tempat penyimpanan yang tepat agar tidak terkontaminasi oleh bahan makanan
yang lain
|
7
|
Gula merah
|
B
|
Kapang
|
Penyimpanan
yang tepat.
|
8
|
Garam
|
F
|
Batu
|
Menetapkan spesifikasi garam
|
9
|
Cabe bubuk
|
M
|
Serangga seperti laba-laba
|
Proses
penyimpanan yang tepat agar terhindar dari serangga
|
10
|
Penyucian
|
F
|
Kotoran
seperti rambut, potongan serangga dan benda asing
|
Mencuci dengan
air mengalir dan pemilihan wadah yang tepat.
|
11
|
Pemotongan
|
F
|
Kotoran
|
Penyucian alat
pemotong dan talenan dengan air mengalir serta wadah yang tepat untuk hasil
pemotongan
|
12
|
Penyajian
|
M
|
Bakteri pada
tempat penyajian
|
Penjamah
makanan harus benar-benar bersih saat proses penyajian dilakukan serta alat
yang digunakan benar-benar bersih
|
13
|
Distribusi
|
F
M
|
Benda asing
Perkembangbiakan bakteri dalam
makanan.
|
Ditempatkan
pada tempat tertutup
Penyajian
makanan dalam keadaan panas.
|
Keterangan
: Mikrobiologis (M), Biologis (B),
Kimia (K), Fisik (F)
FORMULIR
2 : Analisa Bahaya
Resiko
NAMA
MAKANAN : Ikan Goreng
Tepung
No
|
BAHAN/
INGRIDIEN
|
KELOMPOK
BAHAYA
|
KATEGORI
RESIKO
|
|||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
|||
1
|
Tahu
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
2
|
minyak
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
3
|
Garam
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
5
|
Air
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
6
|
Tomat
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
7
|
Bawang merah
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
8
|
Bawang putih
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
9
|
Cabe merah
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
10
|
Cabe bubuk
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
11
|
Kecap
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
A(+)
|
12
|
Gula merah
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
|
Keterangan
:
A
= Produk untuk konsumen beresiko tinggi.
B
= Mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya biologis/kimia/fisik.
C
= Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya.
D
= Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan.
E
= Kemungkinan kesalahan yang salah selama penyajian, distribusi, penjualan dan
konsumen.
F
= Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen.
VII.
DIAGRAM
ALIR PROSES
|
|||
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
VIII.
CCP
DESSISSION TREE
CCP
DESSISSION TREE
Bahan
Mentah (Ikan)
CCP
DESSISSION TREE
Komposisi
CCP
DESSISSION TREE
Tahap Proses
(Pencucian)
IX.
HACCP
PLAN MATRIX
Bahan
Mentah / Tahap Proses
|
Bahaya
Potensial
|
Keterangan
|
Kesimpulan
|
|||||
P1
|
P2
|
P3
|
P4
|
P5
|
P6
|
|||
Tahu
|
F
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Minyak
|
F
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Air
|
F
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Bawang merah
|
M
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Bawang putih
|
F
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Cabe merah
|
F
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
_
|
Bukan CCP
|
Cabe bubuk
|
M
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Tomat
|
F
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Gula merah
|
M
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Kecap manis
|
F
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Bukan CCP
|
Keterangan :
P1
Apakah bahan mentah mengandung bahaya sampai pada tingkat yang
berbahaya?
P2 Apakah
pengolahan/penanganan selanjutnya (termasuk cara penggunaan oleh konsumen ) dapat menghilangkan atau
mengurangi bahaya sampai tingkat aman?
P3 Apakah
formulasi/struktur produk antara produk akhir penting untuk mencegah meningkatnya bahaya sampai pada tingkat yang tidak dapat
diterima?
P4 Mungkinkah
kontaminasi ulang terjadi? Mungkinkah bahaya akan meningkat?
P5 Apakah
pengolahan/penanganan (termasuk penggunaan oleh konsumen) dapat menghilangkan bahaya?
P6 Apakah
tahap proses ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai batas aman?
HACCP
PADA SAMBAL GORENG TAHU
O
L
E
H
NAMA
: RONI HAMDANI
NIM
: PO 7131012085
POLITEKHNIK
KESEHATAN ACEH
JURUSAN
GIZI
TAHUN
AJARAN 2014/2015
Langganan:
Postingan (Atom)